Download

Minggu, 20 Februari 2011

FLU BURUNG

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
            Kejadian penyakit flu burung dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir cenderung meningkat dan berakibat kematian pada penderitanya. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas. Berbagai upaya perlu dilakukan dalam penanggulangannya , mengingat flu burung berpotensi wabah.
            Kejadian flu burung diberbagai negara di dunia, World Health Organization ( WHO) melaporkan negara – negara terjangkit flu burung , yaitu : Hongkong, Cina, Belanda, Vietnam dan Thailand. Avian influenza A (H5N1) menyerang ayam dan manusia pada tahun 1997 di Hongkong. Jumlah penderita sebanyak 18 orang dan enam diantaranya meninggal. Kejadian ini merupakan kejadian pertama kali dilaporkan adanya penularan langsung dari unggas ke manusia.Avian influenza A (H9N2) terjadi pada dua anak tanpa kematian pada tahun 1999 dan Avian influenza A (H5N1)  terjadi dua kasus dengan satu kematian pada tahun 2003. Kedua kasus mempunyai riwayat perjalanan dari Cina. Avian influenza A (H7N7) ditemukan 83 kasus dengan satu diantaranya meninggal pada pekerja peternakan dan keluarganya pada tahun 2003 di Belanda. Avian influenza A (H5N1) ditemukan 15 kasus dengan 11 kematian di Vietnam. Avian influenza A (H5N1) ditemukan lima kasus dengan lima kematian. Kejadian kesakitan penderita dan kematian karena flu burung cenderung meningkat dan ditakutkan menjadi pandemi.
            Kasus flu burung pada unggas di Indonesia telah terjadi dengan ditandai banyaknya ternak ayam mati namun belum teridentifikasi adanya serangan virus ini dari unggas ke pada manusia.Daerah terjangkit kejadian luar biasa unggas flu burung adalah seluruh Jawa, Bali, Lampung, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Sejak bulan Oktober 2003 sampai Januari 2004 sebanyak 4,7 juta ayam dilaporkan mati. Departemen Pertanian menyampaikan informasi akhir bahwa kematian ayam tersebut disebabkan oleh virus flu burung yang pada awalnya diduga disebabkan virus New castle.
            Departemen Kesehatan melaporkan berdasarkan penelitian sero survei yang dilakukan tidak ditemukan adanya transmisi penularan pada pekerja peternakan unggas yang di daerah kejadian luar bisa yang diperiksa. Departemen  Kesehatan akan terus mencermati perkembangan kejadian luar biasa unggas flu burung mengingat transmisi ke manusia dapat terjadi.

B. TUJUAN
1.    Menjelaskan penyebab virus flu burung.
2.    Menjelaskan penularan virus flu burung pada manusia.
3.    Menjelaskan penyebaran virus flu burung di beberapa negara.

C. RUANG LINGKUP
            Pembahasan pada makalah ini hanya dibatasi pada penyakit flu burung yang menyerang pada manusia.

D. MANFAAT
1.  Pembaca dapat mengetahui patofisiologi penyakit flu burung.
2.  Pembaca dapat mengetahui sumber dan cara penularan dari flu burung hingga dapat diharapkan dapat melakukan pencegahan.
3.  Pembaca dapat mengetahui bahaya dari flu burung pada manusia.

BAB II
ISI

A.   Pengertian
       Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas yang dapat menyerang  manusia. Nama lain dari penyakit ini antara lain Avian influenza.

B.   Definisi kasus
1.    Kasus Suspek
Kasus suspek adalah seseorang yang menderita infeksi saluran pernafasan akut dengan gejala demam (suhu lebih dari 380C), batuk, sakit tenggorokan dan beringus serta dengan salah satu keadaan:
a.    Seminggu  terakhir mengunjungi peternakan yang sedang berjangkit kejadian luar biasa flu burung.
b.    Kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan.
c.    Bekerja pada satu laboratorium yang sedang memproses specimen manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung.
2.    Kasus  Problable
Kasus probable adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan:
a.    Bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza A(H5N1), misal : Tes yang menggunakkan antigen H5N1.
b.    Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonia , gagal pernafasan atau meninggal .
c.    Terbukti tidak tedapat penyebab lain.
3.    Kasus Konfirmasi
Kasus konfirmasi adalah kasus suspek atau probable didukung oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium:
a.    Kultur virus influenza H5N1 positif.
b.    Polymerase Chain Reaction  (PCR) influenza (H5) positif.
c.    Peningkatan titer antibodi H5 sebesar empat  kali.

C. GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang ditemui seperti gejala flu pada umumnya yaitu: demam, sakit tenggorokan, batuk, beringus, nyeri otot, sakit kepala, dan lemas. Dalam waktu singkat penyakit ini dapat menjadi lebih berat berupa peradangan di paru-paru (pneumonia) dan apabila tidak dilakukan tata laksana dengan baik dapat menyebabkan kematian.

D.   ETIOLOGI DAN SIFAT
Etiologi penyakit adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini adalah dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 220C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00C. Dikenal beberapa tipe virus influenza, yaitu: tipe A, tipe B dan tipe C. Virus influenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu: H1N1, H3N2, H5N1, H7N7,H9N2, dan lain-lain.
Avian influenza dapat dibagi dua yaitu low pathogenic dan highly pathogenic Avian influenza. Saat ini penyebab Flu Burung adalah highly pathogenic Avian influenza virus strain H5N1 (H=hemagglutinin; N=neuraminidase). Hal ini terlihat dari hasil studi yang ada menunjukan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus influenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung pada unggas. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 600C selama 10 menit. Secara umum virus flu burung tidak menyerang manusia, tetapi beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi ganas dan menyerang manusia. Kejadian luar biasa highly pathogenic Avian influenza A (H5N1) muncul pada peternakan unggas di 8 negara sejak akhir tahun 2003 sampai awal 2004. Kedelapan negara itu adalah Kamboja, China, Indonesia, Jepang, Laos, Korea Selatan, Thailand, dan Vietnam. Dalam kurun waktu tersebut lebih dari 100 unggas mati karena flu burung atau sengaja dimatikan untuk mencegah perluasan penyakit tersebut.     

C.   MASA INKUBASI
Masa inkubasi adalah waktu antara terpajan infeksi dan menunjukkan gejala awal. Masa inkubasi pada manusia 1-3 hari. Masa infeksi 1 hari sebelum sakit sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala; pada anak sampai 21 hari.

F. SUMBER DAN CARA PENULARAN
Flu burung dapat mengenai unggas dan manusia. Kecepatan penyebaran virus yang paling utama melalui unggas. Melihat kecepatan penjalaran dalam dua tahun terakhir sangat mungkin flu burung ini akan terus meluas ke seluruh daerah Asia. Khusus di Indonesia dengan situasi lalu lintas unggas, sanitasi industri unggas yang optimal, dan bahaya perluasan tetap akan sangat potensial. Epidemik akan tetap muncul dan timbul tenggelam, tetapi semakin luas daerah penularannya. Jadi, harus ada koordinasi yang baik antara Direktur Jendral Peternakan, Dinas Kesehatan dan peran masyarakat terutama yang mempunyai hubungan dengan industri unggas. Media masa sangat penting perannya dalam mendukung pendidikan  masyarakat.
Penularan flu burung (H5N1) pada unggas terjadi secara cepat dengan kematian tinggi. Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi unggas satu peternakan, bahkan dapat menyebar dari satu peternakan kepeternakan daerah lain. Sedangkan penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui udara yang tercemar. Adapun orang yang mempunyai risiko besar untuk terserang flu burung ini adalah pekerja peternakan unggas, penjual dan peternak unggas.

G. DIAGNOSTIK
            Saat ini laboratorium diagnostik virus influenza terbatas pada rapid test untuk virus A. Pemeriksaan serotype masih belum mampu dilakukan diberbagai laboratorium. Beberapa laboratorium yang mudah dijangkau sampel perlu ditingkatkan kemampuannya  dengan subsidi pemerintah laboratorium di pusat pendidikan perlu dilibatkan karena sumber data manusia relatif cukup tersedia. Satu hal yang sangat diperlukan adalah laboratorium dengan tingkat keamanan tinggi yang dipersiapkan untuk menerima sampel spesimen yang akan diperiksa secara kultur. Tingkat keamanan laboratorium diharuskan dalam kategori biosafety level 3+. Laboratorium ini kemudian akan dapat menganalisis serotype berdasar analaisis H dan N secara biologi molekuler.



H. TERAPI DAN PENGELOLAAN
Terapi pada burung praktis belum ada, tetapi riset ke  arah ini mulai banyak ditekuni antiviral pada influenza. Vaksin merupakan tindakan pencegahan yang paling baik. Pembuatan vaksin seharusnya berdasarkan serotype virus lokal, karena perubahan mutasi yang sangat cepat dari virus, maka vaksin influenza dari tahun ke tahun hamper selalu berubah.
Pada manusia kecepatan resisten terhadap obat antiviral seperti ramatadine menyebabkan harus hati-hati dalam penggunaan obat antiviral yang masih sensitive misalnya oseltamivir.

I.    UPAYA PENCEGAHAN
            Upaya pencegahan penularan dilakukan dengan cara menghindari bahan yang terkontaminasi tinja dan sekret unggas, dengan tindakan sebagi berikut:
1. Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung ( masker dan kacamata renang).
2. Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas seperti tinja harus ditatalaksana dengan baik  (ditanam atau dibakar) agat tidak menjadi sumber penularan bagi orang disekitarnya.
3. Alat-alat yang dipergunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan.
4. Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan.
5. Mengkonsumsi daging yang telah dimasak pada suhu 80°C sedangkan telur unggas perlu dipanaskan pada suhu 64°C.
6. Melaksanakan kebersihan lingkungan.
7. Melakukan kebersihan diri
8. Menjaga agar sanitasi tetap dalam keadaan baik.
9. Peternak unggas skala kecil atau besar harus menjalankan pengamanan biologi di peternakannya.
10.  Menghindari peternakan yang bercampur, misalnya unggas dengan babi.

J.  PENGOBATAN
1.  Oksigenasi, jika terdapat sesak nafas dan cenderung ke arah gagal nafas dengan mempertahankan oksigen lebih dari 90%.
2.  Hidrasi, yaitu pemberian cairan parenteral (infus).
3.  Dapat diberikan obat antivirus, yaitu oseltamivir 75 mg dosis tunggal dua kali sehari selama tujuh hari.
4.  Pada kasus dengan Respiratory Distress, maka dilakukan pengobatan sesuai prosedur Rerpiratory Distress  sebagaimana lazimnya dan penderita dimasukkan ke ruang Intensive  Care Unit (ICU).
5.  Amantadine atau Rimantadine diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kgBB/hari dibagi dalam dua dosis.  Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg dua kali  sehari.  Pada orang lanjut usia dan penderita penurunan fungsi  hati atau ginjal dosis harus diturunkan.
6.  Oseltamivir diberikan untuk anak kurang dari 15 kg adalah 30 mg  dua kali sehari; berat badan lebih dari 15-23 kg adalah 45 mg dua kali sehari; berat badan lebih dari 23-40 kg adalah 60 mg dua  kali sehari  dan berat badan lebih dari 40 kg adalah 75 mg dua  kali sehari. Dosis untuk penderita berusia lebih dari 13 tahun adalah 75 mg dua  kali sehari.

BAB III
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
1.    Penyakit flu burung merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas.
2.    Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar  virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekret burung  atau unggas yang menderita influenza.
3.    Flu burung bisa menular pada manusia jika manusia bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung.
4.    Penyakit flu burung yang disebabkan virus Avian influenza H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Korea Selatan, Vietnam, Jepang, Hongkong, Belanda, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, Cina, Pakistan dan Indonesia. Sumber  virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.


B.      SARAN
1.    Perlu adanya penyuluhan atau promosi kepada masyarakat tentang penyakit flu burung agar masyarakat tidak panik  dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas namun harus tetap waspada.
2.    Perlu adanya penyuluhan atau promosi kepada masyarakat tentang penyakit flu burung agar masyarakat mengetahui cara pencegahan penularan flu burung.

DAFTAR PUSTAKA
-       www.kalbe.co.id
-       www.depkes.co.id
-       Sutaryo, dkk. 2005. Diskusi Interaktif Flu Burung. Yogyakarta. Medika FK UGM.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar