Download

Sabtu, 08 Oktober 2011

PROSES MENUA


PROSES MENUA

A.   Tinjauan Teori
Proses Menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Lansia atau lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Undang-Undang No. 13/th. 1998 BAB I pasal 1 ayat 2). Menua bukan suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Penurunan fungsi tubuh pada setiap individu berbeda-beda dan tidak ada batas yang tegas pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun (Nugroho, 2000).
1.    Teori-Teori Proses Penuaan
Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa proses menua itu terjadi biasanya dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis (fisiologis) dan psikologis (Stanley, 2006).
a.    Teori Biologis
1)    Teori Genetika
Menurut teori ini menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogam oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
2)    Teori Wear and Tear
Teori wear and tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi organ tubuh. Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi.
3)    Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, proses metabolisme tubuh mengalami perubahan dan mengeluarkan zat tertentu yang tidak dapat diterima oleh jaringan tubuh lainnya. Hal ini yang menyebabkan pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan.

4)    Teori Neuroendokrin
Para ahli mengemukakan bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf.
5)    Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan misalnya karsinogen, cahaya matahari, trauma dan infeksi dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun dampak dari lingkungan diketahui dapat mempercepat penuaan, namun dampak tersebut merupakan dampak sekunder dan bukan faktor utama dalam penuaan.
b.    Teori Psikologis
1)    Teori Kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
2)    Teori Tugas Perkembangan
Hasil penelitian Erickson menguraikan bahwa tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integrita.
3)    Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan) menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya.
4)    Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia.
5)    Teori Kontinuitas
Teori ini juga dikenal dengan teori perkembangan. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan.
2.    Penurunan Fungsi Fisiologis pada Lansia
Penurunan fungsi fisiologis pada lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya:
a.            Penurunan Fungsi Pernafasan
Penurunan fungsi pernafasan yang sering terjadi pada lansia terjadi akibat adanya perubahan struktural dan fungsional multipel pada paru. Penurunan fungsi tersebut meliputi:
1)    Elastisitas paru menurun, kekakuan dinding dada meningkat, kekuatan otot dada menurun sehingga pernafasan cepat dan dangkal (normal: 12-20 kali/menit).
2)    Terjadi penurunan gerak silia di dinding sistem respirasi menyebabkan penurunan refleks batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret dan menyebabkan obstruksi.
3)    Penurunan aktivitas paru (mengembang & mengempisnya) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk ke paru mengalami penurunan.
4)    Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas permukaan normal (50m²) menyebabkan terganggunya proses difusi.
5)    Penurunan oksigen (O2) arteri menjadi 75 mmHg menggangu proses oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua ke jaringan dan menyebabkan sesak nafas.
6)    CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
b.    Penurunan Fungsi Kardiovaskuler
Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun fungsional. Penurunan fungsi kardiovaskuler tersebut:
1)    Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2)    Kemampuan jantung memompa darah menurun yang menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
3)    Kehilangan elastisitas pembuluh darah menyebabkan nyeri dada.
4)    Kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi menyebabkan odeme pada kaki, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa mengakibatkan pusing mendadak.
5)    Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/90 mmHg).
6)    Denyut jantung menurun (normal 60-90 kali/menit)
c.    Penurunan Fungsi Pencernaan
Penurunan fungsi pencernaan ini dimulai dari gigi sampai anus. Penurunan tersebut adalah:
1)    Perubahan atrofik pada rahang, sehingga gigi lebih mudah tanggal.
2)    Gusi tampak pucat adalah akibat dari menurunnya suplai darah.
3)    Para lansia kadang mengalami gangguan sensasi rasa dan penurunan kemampuan mengenali rasa yang tidak tajam karena danya iritasi yang kronis dari selaput lendir.
4)    Esofagus melebar.
5)    Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
6)    Kesulitan dalam mencerna makanan adalah akibat dari atrofi mukosa lambung dan penurunan motilitas lambung.
7)    Peristaltik lemah dan fungsi absorbsi melemah (normal 5-25 kali/menit) sehingga menyebabkan konstipasi.
d.    Penurunan Fungsi Urogenital
Pada usia lanjut akan mengalami penurunan fungsi ginjal dan sexual antara lain:
1)    Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai sehingga penyaringan di glomerolus menurun.
2)    Fungsi tubulus berkurang mengakibatkan; berat jenis urin menurun; proteinuria (biasanya +1); BUN meningkat sampai 21mg %; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
3)    Otot otot vesika urinaria (kandung kemih) menjadi lemah yang menyebabkan frekuensi BAK meningkat.
4)    Vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin (>600mL per hari).
5)    Peningkatan tekanan darah (terutama tekanan sistolik) walaupun tekanan diastolik juga sering meningkat karena pembuluh darah tepi meningkat.
6)    Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
7)    Atropi vulva.
8)    Selaput vagina menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
9)    Frekuensi sexsual intercouse cenderung menurun.
e.    Penurunan Fungsi Metabolik/Endokrin
Penurunan fungsi Metabolik/Endokrin yang mungkin dialami lansia antara lain:
1)    Produksi hampir semua hormon menurun.
2)    Fungsi paratiroid dan sekresinya tak berubah.
3)    Pituitary: pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4)    Menurunnya aktivitas tiriod BMR (Basal Metabolic Rate) turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
5)    Menurunnya sekresi hormon aldesteron, progesteron, estrogen, testosteron.
6)    Perubahan fisik yang dapat terjadi akibat dari penurunan fungsi endokrin pada lansia antara lain keletihan, sering buang air kecil pada malam hari, polifagia, polidipsia dan pusing.
f.     Penurunan Fungsi Persendian dan Tulang
Tulang dan persendian mengalami penuaan yang mempengaruhi penurunan fungsi fisiologis. Penurunan fungsi ini antara lain:
1)    Tulang kehilangan density (cairan) dan  rapuh sehingga lansia mempunyai resiko lebih besar terjadi fraktur.
2)    Kyphosis
3)    Persendian membesar dan menjadi kaku yang menyebabkan nyeri.
4)    Pinggang, lutut dan jari pergelangan tangan terbatas.
5)    Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan berkurang).
6)    Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
7)    Serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan tremor.
g.    Penurunan Fungsi Persarafan
Komponen pusat dan perifer dari sistem saraf mengintegrasikan semua fungsi tubuh. Fungsi sisitem saraf adalah untuk menerima, menyimpan, memproses dan mengirimkan informasi. Pada lansia teerjadi penuaan pada sistem saraf, antara lain:
1)    Berat otak akan menurun sekitar 10-20% pada penuaan antara umur 30-70 tahun.
2)    Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
3)    Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
4)    Mengecilnya syaraf panca indera.
5)    Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
6)    Kurang sensitif terhadap sentuhan
h.    Penurunan Fungsi Penglihatan
Penurunan yang terjadi pada fungsi penglihatan lansia, antara lain:
1)    Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
2)    Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
3)    Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
4)    Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
5)    Hilangnya daya akomodasi.
6)    Menurunnya lapang pandang dan berkurangnya luas pandang.
7)    Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
i.      Penurunan Fungsi Pendengaran
Penurunan yang terjadi pada fungsi pendengaran lansia, antara lain:
1)    Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata.
2)    Vertigo.
3)    Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
4)    Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.




B.   Patofisiologi



 
A.   Pengkajian
1.    Fisiologis/fisik
a.    Stratus gizi
IMT = Kg BB           normal laki laki = 18 -25
(TB)2                        wanita = 17 – 23
b.    Intake cairan dalam 24 jam
c.    Kondisi kulit
d.    Kondisi bibir, mukosa mulut, gigi
e.    Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya
f.     Evaluasi kemampuan penglihatan, pendengaran  dan mobilitas
g.    Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan sistem digestif, nafsu makan, makanan yang disukai dan tidak disukai, rasa dan aroma
h.    Kebiasaan waktu makan (2 –3 X sehari, snak dlll)
2.    Psikososial/afektif
a.    Kebiasaan saat makan (makan sendiri, sambil nonton TV,dll)
b.    situasi lingkungan (kapasitas penyediaan makanan, pengolahan dan penyimpanan makanan)
c.    sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola nutrisi dan eleminasi
d.    Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi
3.    Pemeriksaan tambahan/laborat
Analisa darah : 
Kreatinin  : indekz massa otot
Serum protein khususnya untuk sintesa antibodi dan limfosit, dalam kekebalan seluler, enzym, hormon, struktur sel yang luas, struktur jaringan.

B.   Diagnosa Keperawatan
1.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan nutrisi yang tidak  adekuat akibat anoreksia.
2.    Resiko tinggi infeksi b.d penurunan asupan kalori dan protein.
3.    Kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skleletal,, nyeri, intoleransi aktifitas.
  1. Nyeri b. d proses inflamasi, destruksi sendi.
  2. Resiko cedera (dislokasi sendi) b.d  otot hilang kekuatannya, rasa nyeri sendi.



C.   Rencana Asuhan Keperawatan
  1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan nutris kurang adekuat akibat anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
Kriteria : 
§  Meningkatkan masukan  oral
§  Menunjukkan peningkatan BB
Intervensi
Rasional
a.      Buat tujuan BB ideal dan kebutuhan nutrisi harian  yang adekuat

b.      Timbang setiap hari , pantau hasil pemeriksaan laborat

c.      Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat


d.      Ajarkan individu menggunakan penyedap rasa (seperti bumbu)

e.      Beri dorongan individu untuk makan bersama orang lain


f.       Pertahankan kebersihan mulut yang baik (sikat gigi) sebelum dan sesudah mengunyah makanan

g.      Anjurkan makan dengan porsi yang kecil tapi sering

h.      Instruksikan individu yang mengalami penurunan nafsu makan untuk :
ü  Makan-makan kering saat bangun tidur
ü  Hindari makanan yang terlalu manis, berminyak
ü  Minum sedikit-sdikit melalui sedotan
ü  Makan kapan saja bila dapat toleransi
ü  Makan dalam porsi kecil rendah lemak dan makan sering
a.     Nutrisi yang adekuat menghindari adanya malnutrisi


b.     Deteksi dini perubahan BB dan masukan nutrisi

c.     Dengan pemahaman yang benar akan memotivasi klien untuk masukan nutrinya

d.     Aroma yang enak akan membangkitkan selera makan


e.     Dengan makan bersama sama secara psikologis meningkatakan selera makan

f.      Situasi mulut yang bersih meningkatkan kenyamanan



g.     Mengurangi perasaan tegang pada lambung

h.     Meningkatkan asupan makanan


  1. Resiko tinggi infeksi b/d penurunan asupan kalori  dan protein
Tujuan :  Klien akan memperlihatkan kemampuan terhindar dari tanda-tanda infeksi
Kriteria : tanda-tanda peradangan tidak ditemukan : panas, bengkak,  nyeri, merah,gangguan fungsi
           
Intervensi
Rasional
a.   Kaji tanda-tanda radang umum secara teratur

b.   Ajarkan tentang perlunya  menjaga kebersihan diri dan lingkungan



c.   Tingkatkan kemampuan asupan nutris TKTP



d.   Perhatikan penggunaan obat-obat jangka panjang yang dapat menyebabkan imunosupresi


a.   Mendeteksi dini untuk mencegah terjadinya radang

b.   Mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dan kebersihan diri yang kurang sehat

c.   Meningkatkan kadar protein dalam tubuh sehingga meningkatkan kemampuan kekebalan dalam tubuh

d.   Menurunkan resiko terjadinya infeksi

  1. Kerusakan mobilitas fisik  b.d deformitas skeletal, nyeri
Tujuan : klien dapat mobilisasi dengan adekuat
Kriteria : Mendemontrasikan tehnik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas
Intervensi
Rasional
a.   Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit


b.   Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif


c.   Ubah posisi dengan sering dengan personal cukup


d.   Berikan lingkungan yang nyaman misaal alat bantu
a.   Tingkat aktifitas tergantung dari perkembangan /resolusi dari proses inflamasi

b.   Mempertahankan fungsi sendi, kekuatan otot

c.   Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi

d.   Menghindari cedera


  1. Nyeri ( akut/kronis) b.d  proses inflamasi, destruksi sendi
Tujuan : Menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria : terlihat rileks , dapat tidur dan berpartisipasi dala aktifitas  
Intervensi
Rasional
a.   Kaji keluhan nyeri, catat lokasi nyeri dan intensitas. Catat faktor yang mempercepat tanda tanda nyeri

b.   Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman  pada waktu istirahat ataupun tidur

c.   Anjurkan klien mandi air hangat , sediakan waslap untuk kompres sendi

d.   Berikan masase lembut


e.   Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti : aspirin, ibuprofen, naproksin, piroksikam, fenoprofen

a.   Membantu dalam menentukan managemen nyeri


b.   Pada penyakit berat tirah baring sangat diperlukan untuk membatasi nyeri

c.   Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan kekakuan sendi.

d.   Meningkatkan relaksasi/ mengurangi  ketegangan otot

e.   Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan.


  1. Resiko cedera b.d hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri
Tujuan : klien terhindar dari cedera
Kriteria : klien berada pada perilaku yang aman dan lingkungan yang nyaman
Intervensi :
a.    Kaji tingkat kekuatan otot
b.    Kaji tingkat pergerakan pasif
c.    Beri alat bantu sesui kebutuhan
d.    Ciptakan lingkungan yang aman (lantai tidak licin)
e.    Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan yang tidak bisa dilakukan secara mandiri
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar