A. Pengertian
Polio (Poliomielitis)
adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang menyerang seluruh tubuh
(termasuk otot dan saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya
permanen, kelumpuhan atau kematian.
Dari mulai terinfeksi
hingga lumpuh ada beberapa tahap yang terjadi, yaitu:
1.
Masa Inkubasi.
Masa ini dimulai saat virus sudah
masuk ke tubuh namun belum menunjukkan gejala. Pada masa ini virus melakukan
pembelahan hingga mampu menginfeksi. Biasanya berlangsung 3-35 hari.
2.
Stadium Akut.
Fase ini berjalan sejak munculnya
gejala hingga 2 minggu. Ditandai dengan suhu tubuh meningkat, jarang terjadi
lebih dari 10 hari, kadang disertai sakit kepala dan muntah. Kelumpuhan terjadi
pada seminggu permulaan sakit. Kelumpuhan bersifat asimetris sehingga
menimbulkan deformitas (gangguan bentuk tubuh) yang cenderung menetap bahkan
lebih berat. Sebagian besar mengenai kaki. Kelumpuhan berjalan bertahap dan memakan
waktu 2 hari hingga 2 bulan.
3.
Stadium Sub Akut
Dimulai dengan menghi-langnya demam
dalam waku 24 jam. Kadang, disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Fase
ini cukup panjang, selama 2 minggu hingga 2 bulan. Pada fase ini gejala-gejala
berat mulai menghilang.
4.
Konvalesens
Ini adalah fase dimana gejala telah
hilang namun virus belum sepenuhnya hilang. Berlangsung sangat lama, selama 2
bulan sampai 2 tahun. Mulailah terjadi pemulihan kekuatan otot yang sebelumnya
melemah, dimana 50-70 persen kekuatan otot pulih dalam waktu 6-9 bulan. Setelah
2 tahun, tidak akan terjadi lagi pemulihan kekuatan otot.
B. Penyebab
Penyebabnya adalah
virus polio. Virus polio
termasuk genus enterovirus, famili Picornavirus.Virus
ini tahan terhadap pengaruh fisik dan bahan kimia. Selain itu, dapat hidup
dalam tinja penderita selama 90-100 hari. Virus ini juga dapat bertahan lama
pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari
sumber penularan.
C. Gejala
Gejala
polio muncul dengan 3 bentuk yang berbeda, yaitu:
1.
Abortive polio
Pada bentuk ini, polio tidak
menunjukkan gejala kelumpuhan. Penyakit ini hanya menimbulkan gejala ringan
berupa demam, sakit kepala, mual, muntah, dan nyeri perut. Gejala ini jarang
parah, dan bertahan tidak lebih dari tiga hari. Kumpulah gejala ini sangat
mirip sakit flu dan disebut flu like syndrome. Walau demikian, virus tetap
berjalan melewati saluran cerna, dan feses penderita telah mengandung bahan
virus yang siap ditularkan. Pada bentuk ini, penyakit polio akan sembuh spontan
dan pulih sepenuhnya.
2.
Non paralitik polio
Pada keadaan ini, gejala berjalan
lebih serius, bertahan selama 1-2 minggu. Timbul demam, sakit kepala, muntah,
dan diare. Pada otot mulai tampak gejala, seperti kekakuan, ketegangan, dan
nyeri otot. Terkadang bentuk ini berjalan lebih serius hingga gejala yang mirip
radang selaput otak, seperti timbulnya sensitivitas terhadap cahaya dan kaku
leher/kuduk.
3.
Paralitik polio
Bentuk inilah bentuk polio yang
sering disebutkan. Sebenarnya persentase terjadinya sangat kecil dibanding
seluruh infeksi polio, yakni 0,1-2 persen kasus.
D. Proses penularan
Penularan virus terjadi
melalui beberapa cara:
1.
Secara langsung dari orang ke orang
2.
Melalui percikan ludah penderita
3.
Melalui tinja penderita.
Virus masuk melalui mulut dan hidung, berkembangbiak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan, lalu diserap dan diserbarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Virus masuk melalui mulut dan hidung, berkembangbiak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan, lalu diserap dan diserbarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Resiko terjadinya polio:
1.
Belum mendapatkan imunisasi polio
2.
Bepergian ke daerah yang masih sering
ditemukan polio
3.
Kehamilan
4.
Usia sangat lanjut atau sangat muda
5.
Luka di mulut/hidung/tenggorokan
(misalnya baru menjalani pengangkatan amandel atau pencabutan gigi)
6.
Stres atau kelelahan fisik yang luar
biasa (karena stres emosi dan fisik dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh).
E. Pencegahan
Berikut ini beberapa
cara untuk mencegah polio, yaitu:
1.
Bayi mempunyai kekebalan tubuh terhadap
virus polio selama 4 sampai 6 bulan hanya jika ibunya imun. Pemberian serangkaian
vaksin lewat mulut diperlukan untuk mendapatkan kekebalan seumur hidup.
2.
Setiap orang yang telah menerima
suntikan vaksin harus divaksin ulang atau dua seri lengkap vaksin lewat mulut
untuk mendapatkan kekebalan.
3.
Virus polio tetap ada di banyak negara.
Hindari jika mungkin, kekebalan sangat penting.
4.
Tempatkan anak yang sakit di kamar
terpisah, jauh dari anak-anak lainnya. Ibu harus mencuci tangan setiap kali
menyentuhnya.
5.
Perlindungan terbaik terhadap polio
ialah dengan memberikan vaksin polio/pemberian kekebalan.
Terdapat 2 jenis vaksin
polio:
1.
Vaksin Salk, merupakan vaksin
virus polio yang tidak aktif
2.
Vaksin Sabin, merupakan vaksin
virus polio hidup.
Yang memberikan kekebalan yang lebih baik (sampai
lebih dari 90%) dan yang lebih disukai adalah vaksin Sabin per-oral
(melalui mulut).
Tetapi pada penderita gangguan sistem kekebalan, vaksin polio hidup bisa menyebabkan polio. Karena itu vaksin ini tidak diberikan kepada penderita gangguan sistem kekebalan atau orang yang berhubungan dekat dengan penderita gangguan sistem kekebalan karena virus yang hidup dikeluarkan melalui tinja.
Tetapi pada penderita gangguan sistem kekebalan, vaksin polio hidup bisa menyebabkan polio. Karena itu vaksin ini tidak diberikan kepada penderita gangguan sistem kekebalan atau orang yang berhubungan dekat dengan penderita gangguan sistem kekebalan karena virus yang hidup dikeluarkan melalui tinja.
F. Pengobatan
Polio tidak dapat
disembuhkan dan obat anti-virus tidak mempengaruhi perjalanan penyakit ini.
Tujuan utama pengobatan
adalah mengontrol gejala sewaktu infeksi berlangsung. Perlengkapan medis vital
untuk menyelamatkan nyawa, teruatma membantu pernafasan mungkin diperlukan pada
kasus yang parah. Jika terjadi infeksi saluran kemih, diberikan antibiotic.
Untuk mengurangi sakit
kepala, nyeri dan kejang otot, bisa diberikan obat pereda nyeri. Kejang dan
nyeri otot juga bisa dikurangi dengan kompres hangat. Jika otot-otot pernafasan
menjadi lemah, bisa digunakan ventilator.
Untuk memaksimalkan
pemulihan kekuatan dan fungsi otot mungkin perlu dilakukan terapi fisik,
pemakaian sepatu korektif atau penyangga maupun pembedahan ortopedik.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
Edward, Martin. 2000. Penyakit Anak Sehari-hari Dan Tindakan Darurat.
Jakarta. PT Elex Media Komputindo.
Soedarto.
1990. Penyakit Infeksi Di Indonesia.
Jakarta. Widya Medika.
www.medicastore.com
www.totalkesehatananda.com