GOUT
I. PENGERTIAN
Gout (pirai) merupakan kelompok keadaan heterogenous yang
berhubungan dengan defek genetik pada metabolisme purin (hiperurisemia), yaitu
terjadi oversekresi asam urat atau defek renal yang mengakibatkan penurunan
eksresi asam urat, atau kombinasi keduanya.
Hiperurisemia primer terjadi penumpukan asam urat
merupakan konsekuensi atau kesalahan metabolisme asam urat
Hiperurisemia skunder adalah penyakit gout merupakan
gambaran klinik ringan yang terjadi sekunder akibat sejumlah proses genetik /
didapat, termasuk peningkatan sel (leukemia, multipel mieloma, beberapa tipe
anemia, psoriasis) dan peningkatan pemecahan sel.
Gout merupakan salah satu klasifikasi dari penyakit
reumatik karena kelainan metabolik dan endokrin.
II. REUMATIK
Reumatik adalah peradangan pada sendi (atritis) yang
sering mengenahi otot skelet, tulang, ligamentum, tendon dan persendian. Pada
penderita reumatik ini akan merasakan nyeri, perubahan citra diri dan gangguan
tidur.
III. KLASIFIKASI REUMATIK
1. Penyakit
jaringan ikat yang difus .
2. atritis
yang disertai spondilitis
3. osteo
atritis
4. sekunder
reumatik
5. kelainan
metabolik dan endokrin yang disertai reumatik (gout dan pseudogout).
6. Neoplasma
primer & skunder
7. kelainan
neurovaskuler
8. kelainan
tulang, periostium dan cartilago
9. kelainan
ekstra artikuler
10. kelainan
lain yang disertai manifestasi artkuler.
IV PATOFISIOLOGI GOUT
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serumyang >
7,0 mg/dl) menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout
berhubungan dengan peningkatan atau penurunan mendadak kadar asam urat serum.
Bila kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, respon inflamasi akan terjadi
dan serangan gout dimulai. Dengan serangan berulang maka penumpukan kristal
natrium urat (tofus) akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari
kaki, tangan dan telinga.
Gambaran kristal urat dalam cairan senovial sendi yang
asimtomatik menunjukkan bahwa faktor non kristal mungkin berhubungan dengan
reaksi inflamasi. Kristal monosodium urat yang ditemukan tersalut dengan
imunoglobulin yang terutama berupa IgG. IgG akan meningkatkan fagositosis
kristal dan dengan demikian memperlihatkan aktivitas imunologi.
V MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi sindrom gout mencakup :
1.
Atritis gout yang akut (serangan rekuren inflamasi
artikuler dan periartikuler yang berat)
2.
Tofus (endapan kristal yang menumpuk dalam jaringan
artikuler, jaringan oseus, jaringan lunak serta kartilago)
3.
Nefropati gout (gangguan ginjal) dan pembentukan batu
asam urat dalam traktus urinarius.
Ada 4 stadium penyakit gout yang dikenal :
1.
Hiperuresemia asimtomatik
2.
Atritis gout kronis
3.
gout interkritikal
4.
Gout tofaseus yang kronik.
Kurang dari satu diantara lima penderita hiperurisemia
akan mengalami penumpukan kristal urat yang tampak nyata secara klinis pada
saat tertentu. Shingga pengobatannya seumur hidup.
VI. ETIOLOGI
Sendi yang paling sering terkena adalah pada metatarsofalangeal pada ibu
jari kaki (75% dari semua pasien) tetapi pada bagian tarsal, pergelangan kaki
atau sendi lutut juga menjadi sasaran.
1.
Serangan akut dapat dipicu oleh : trauma, konsumsi
alkohol, diet yang salah, obat-obatan, stres bedah atau keadaan sakit.
2.
Serangan mendadak terjadi : pada malam hari dan pasien
terbangun dari tidur karena nyeri hebat, kemerahan, bengkak, rasa hangat pada
sendi yang sakit.
3.
serangan dini cenderung sembuh spontan dalam waktu 3 – 10
hari walaupun tanpa terapi diikuti periode tanpa gejala : stadium
interkritikal, serangan bisa terjadi lebih sering dan berlangsung lebih lama
lagi.
4.
Tofus ditemukan pertama kali pada tempo rata-rata 10 th
sesudah awitan serangan gout, 50% klien berobat tidak memadai akhirnya akan
mengalami endapantofaseus. Tofus biasanya disertai episode inflamasi lebih
sering dan berat, kadar asam urat yang tinggi dalam serum akan berkaitan dengan
pembentukan tofus yang lebih luas.
VII PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Laboratorium : darah lengkap dan KED, kimia darah, asam
urat, kreatinin,
2.
Atrisentesis (aspirasi cairan sinovial dengan jarum),
untuk analisis dan mengurangi nyeri. Normalnya cairan sinovial jernih, viskus,
kuning seperti jerami, namun pada penyakit ini warnanya keruh menyerupai susu /
kuning gelap dan banyak mengandung lekosit, protein plasma
3.
Sinar X untuk mengetahui krepitasi sendi, mengetahui
abnormallitas kartilago, erosi sendi, pertumbuhan tulang yang abnormal.
4.
Atrografi : deteksi kelainan jaringan ikat.
5.
Skening sendi
6.
Biopsi otot, arteri dan kulit
VIII
PENATALAKSANAAN
1.
Pemberian therapi obat-obatan :
a.
Preparat colchicine (oral atau parenteral) : mengurangi
penumpukan asam urat dan mengganggu pembentukan kinin serta leukosit sehingga
mengurangi inflamasi.
b.
NSAID, indometasin.
c.
Alopurinol : mengganggu proses pemecahan purin sebelum
terbentuk asam urat, menghambat enzim xanthinoksidase karena menghalangi
pembentukan asam urat.
2.
Implikasi Keperawatan :
a.
Perawat perlu memberikan penjelasan tentang tipe obat,
tujuan pengobatan.
b.
Metode penatalaksanaan nyeri nonfarmakologi (kompres
hangat / dingin dan perlindungan sendi dengan alat seperti bidai pergelangan
tangan atau tongkat penopang
c.
Memperbaiki mobilitas sendi serta status fungsional
d.
Latihan pergerakan sendi secara bertahap.
X DIAGNOSA
KEPERAWATAN :
1.
Nyeri akut b/d
agen injuri fisik
2.
Risiko infeksi b/d pertahanan tubuh primer, prosedur
invasive
3.
Kurang pengetahuan tentang penyakit, dan perawatannya b/d
tidak familier terhadap informasi
4.
Defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya
5.
Kerusakan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak,
keterbatasan ketahanan fisik, kelemahan otot
6.
Gangguan citra tubuh b/d perubahan fisik
7.
PK : hipo albumin
RENPRA
GOUT PIRAI
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
1
|
Nyeri akut b/d agen injuri fisik
|
Setelah dilakukan askep ….. jam tingkat kenyamanan klien meningkat dg
KH:
·
klien melaporkan nyeri berkurang
·
Ekspresi
wajah tenang / rileks
·
Klien
bisa istirahat dan tidur
·
V/S
dbn (TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, RR: 16-20x/mnt).
|
Manajemen
nyeri :
·
Kaji
tingkat nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
·
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
·
Gunakan
teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
sebelumnya.
·
Kontrol
faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
·
Kurangi
faktor presipitasi nyeri.
·
Pilih
dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis)..
·
Ajarkan
teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
·
Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri.
·
Evaluasi
tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
·
Kolaborasi
dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil.
·
Monitor
penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
Administrasi
analgetik :.
·
Cek
program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.
·
Cek
riwayat alergi..
·
Tentukan
analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
·
Monitor
TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
·
Berikan
analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.
·
Evaluasi
efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.
|
2
|
Risiko infeksi b/d imunitas tubuh
primer menurun, prosedur invasive
|
Setelah dilakukan askep …. jam tidak
terdapat faktor risiko infeksi dengan
KH:
·
Tdk
ada tanda infeksi
·
V/S
dbn
·
AL
normal (4-11.000),
|
Konrol
infeksi
·
Bersihkan
lingkungan setelah dipakai pasien lain.
·
Batasi
pengunjung bila perlu.
·
Intruksikan
kepada keluarga untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya.
·
Gunakan
sabun anti miroba untuk mencuci tangan.
·
Lakukan
cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
·
Gunakan
baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung.
·
Pertahankan
lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat.
·
Lakukan
perawatan luka dan dresing infus setiap hari.
·
Tingkatkan
intake nutrisi. Dan cairan
·
berikan
antibiotik sesuai program.
Proteksi
terhadap infeksi
·
Monitor
tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
·
Monitor
hitung granulosit dan WBC.
·
Monitor
kerentanan terhadap infeksi..
·
Pertahankan
teknik aseptik untuk setiap tindakan.
·
Pertahankan
teknik isolasi bila perlu.
·
Inspeksi
kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.
·
Inspeksi
kondisi luka, insisi bedah.
·
Ambil
kultur jika perlu
·
Dorong
masukan nutrisi dan cairan yang adekuat.
·
Dorong
istirahat yang cukup.
·
Monitor
perubahan tingkat energi.
·
Dorong
peningkatan mobilitas dan latihan.
·
Instruksikan
klien untuk minum antibiotik sesuai program.
·
Ajarkan
keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.
·
Laporkan
kecurigaan infeksi.
·
Laporkan
jika kultur positif.
|
3
|
Kurang pengetahuan tentang penyakit,
dan perawatan nya b/d kurang familier terhadap informasi, terbatasnya
kognitif
|
Setelah dilakukan askep ..... jam, pengetahuan klien
meningkat. Dg KH:
·
Klien / keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
telah dijelaskan
·
Klien / keluarga kooperative saat dilakkan tindakan
|
Teaching : Dissease Process
· Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
tentang proses penyakit
· Jelaskan
tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebab yang mungkin
· Sediakan
informasi tentang kondisi klien
· Siapkan
keluarga atau orang-orang yang berarti dengan informasi tentang perkembangan
klien
· Sediakan
informasi tentang diagnosa klien
· Diskusikan
perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit
· Diskusikan
tentang pilihan tentang terapi atau pengobatan
· Jelaskan
alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi
· Dorong
klien untuk menggali pilihan-pilihan atau memperoleh alternatif pilihan
· Gambarkan
komplikasi yang mungkin terjadi
· Anjurkan
klien untuk mencegah efek samping dari penyakit
· Gali
sumber-sumber atau dukungan yang ada
· Anjurkan
klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan
·
kolaborasi dg
tim yang lain.
|
4
|
Defisit self
care b/d kelemahan, penyakitnya
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
…. jam klien mampu Perawatan diri
Self care :Activity Daly Living
(ADL) dengan indicator :
·
Pasien
dapat melakukan aktivitas sehari-hari (makan, berpakaian, kebersihan,
toileting, ambulasi)
·
Kebersihan
diri pasien terpenuhi
|
Bantuan
perawatan diri
·
Monitor
kemampuan pasien terhadap perawatan diri
·
Monitor
kebutuhan akan personal hygiene, berpakaian, toileting dan makan
·
Beri
bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk merawat diri
·
Bantu
klien dalam memenuhi kebutuhannya.
·
Anjurkan
klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya
·
Pertahankan
aktivitas perawatan diri secara rutin
·
Evaluasi
kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
·
Berikan
reinforcement atas usaha yang dilakukan dalam melakukan perawatan diri sehari
hari.
|
5
|
Kerusakan mobilitas fisik penurunan
rentang gerak, keterbatasan ketahanan fisik, kelemahan otot
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
…. jam klien mampu
·
Ambulasi
:
·
Tingkat
mobilisasi
·
Perawtan
diri
Dg KH:
·
Peningkatan
aktivitas fisik
|
Terapi
ambulasi
·
Konsultasi
dengan terapi untuk perencanaan ambulasi
·
Latih
pasien ROM pasif aktif sesuai kemampuan
·
Ajarkan
pasien berpindah tempat
·
Monitor
kemampuan ambulasi pasien
Pendidikan
kesehatan
·
Jelaskan
pada pasien pentingnya ambulasi dini
·
Jelaskan
pada pasien tahap ambulasi
·
Jelaskan
pada pasien manfaat ambulasi dini
|
6
|
PK: Hipo albumin
|
Setelah dilakukan askep …. jam
perawat akan menangani atau mengurangi komplikasi hipoalbumin dank lien
mengalami peningkatan kadar albumin ditandai dengan :
·
Albumin
serum > 3,5 g/dl
·
Tidak
terbentuk edem pada facial,
·
Tidak
terjadi hipovolumia
|
·
monitor
keadaan umum klien.
·
pantau
manifestasi penurunan albumin
·
berikan
diet TKTP
·
Kolaborasi
pemberian plasbumin infuse.
·
berikan
motivasi untuk masukan nutrisi yang bergizi tinggi dan masukan cairan yang
cukup.
·
monitor
v/s
|
8
|
Gangguan citra tubuh b/d perubahan
fisik
|
Setelah dilakukan askep …. jam klien
mengalami peningkatan body image dan menyesuaikan diri dengan perubahan
kehidupan klien dengan criteria :
·
Mau
menerima penampilannya
·
Percaya
diri
|
Peningkatan
Body Image
·
Diskusikan
dengan klien tentang perubahan dirinya
·
Bantu
klien dalam memutuskan tingkat actual perubahan dalam tubuh atau level fungsi
tubuh
·
monitor
frekuensi pernyataan klien
·
berikan
dukungan dan suport mental serta spiritual.
·
Libatkan
keluarga untuk memberikan dukungan sacara mental dan spiritual
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar