WAHAM
A.
Gambaran
Umum Waham
1. Pengertian
Waham adalah kepercayaan yang tidak dapat di
terima orang lain dari kelas ,
pendidikan , atau latar belakang kebudayaan yang sama yang tidak dapat diganti
oleh pendapat logis atau bukti yang melawan (Ingram,1995). Waham adalah
keyakinan pasien yang salah dan tidak nyata (Keliat,1998).
Dari beberapa macam tipe waham di antaranya
adalah waham curiga yang di definisikan sebagai orang merasa terancam dan yakin
bahwa orang lain bermaksud untuk membahayakan atau mencurigai dirinya
(Townsen,1998).
Jangka waktu terjadinya waham juga tidak sama
antara satu orang dengan orang lain misalnya ada satu orang yang mengalami
waham yang sifatnya sementara , dan akan hilang apabila keadaan penyakitnya
membaik , tapi ada pasien yang mempunyai waham menetap akan di pertahankan selama hidupnya (Depkes
,1989).
2 Tipe-Tipe Kelainan Waham
Tipe-tipe waham menurut townsend (1998) dibagi
menjadi lima tipe utama dan dua tipe tambahan
yaitu:
a. Tipe
erotomonik
Waham
di mana orang lain yang biasanya berstatus lebih tinggi mencintai pasien
b. Tipe
kebesaran
Waham
peningkatan kemampuan ,kekuatan, pengetahuan , identitas , atau hubungan khusus
dengan dewa .
c. Tipe
cemburu
Waham
bahwa pasangan seksual pasien tidak jujur .
d. Tipe
kejar
Waham
yang menganggap dirinya (orang terdekat dengan dirinya ) di perlakukan secara
dengki.
e. Tipe
somatic
Waham
bahwa klien memiliki suatu cacat fisik
atau kondisi medis.
Tipe tambahan :
a. Tipe
campuran
Karakteristik
waham salah satu atau lebih tipe di atas, tetapi tidak ada satu tipe yang
menonjol .
b. Tipe
tidak di tentukan
Ada tiga hal yang perlu di perhatikan pada klien dengan waham (Tim Depkes,
1989),yaitu:
a. Klien cukup puas hanya dengan membicarakan wahamnya,
tanpa menunjukkan perilaku yang sesuai
dengan wahamnya.
b. Klien
hidup dengan wahamnya akan tetapi
perilakunya tidak terpengaruh oleh wahamnya. Ini biasanya terdapat pada
waham yang menetap.
c. Klien
betul-betul terlibat dengan wahamnya sehingga
perilakunya sesuai dengan isi waham (waham yang sistematik ).
3. Etiologi
a. Etiologi
waham menurut Townsend ( 1998 ) meliputi
:
1. Teori
biologis
Penelitian-penelitian telah mengindikasikan bahwa faktor-faktor genetik yang pasti
mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan
kejiwaan (Heston , 1997 ; Gottesman ,
1978; didalam Townsend, 1998). Tampak bahwa individu-individu yang berada dalam resiko tinggi terhadap
kalainan ini adalah mereka yang
mempunyai anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara
kandung , sanak saudara yang lain)
Secara relatif ada penelitian baru yang
mengatakan bahwa kelainan skizofreina mungkin pada kenyataannya merupakan suatu
kenyataan sejak lahir, terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan
memperlihatkan adanya suatu “kekacauan“ dari sel-sel pyramidal di dalam otak
dari orang-orang yang menderita skizofrenia, tetapi sel-sel tersebut pada otak
orang-orang yang tidak mengalami
skizofrenia tampak tersusun rapi (Scheibel,1991; di dalam Townsend 1998).
Teori biokimia mengatakan adanya peningkatan
dari dopamine neurotransmitter yang di perkirakan gejala-gejala peningkatan aktifitas yang berlebihan dan
pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya di observasi pada psikosis
(Hollandsworth,1990;di dalam Townsend 1998).
2. Teori
psikososial
Teori sistem keluarga
Digambarkan perkembangan skizofrenia sebagai
suatu perkembangan disfungsi keluarga
(Bowen, 1978; di dalam
townsend,1998). Konflik diantara suami-istri mempengaruhi anak , dan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansietas. Di masa anak harus
meninggalkan ketergantungan pada orang
tua dan masuk ke masa dewasa , anak tidak mampu akan memenuhi tugas
perkembangan masa dewasanya
3. Teori interpersonal
Orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan suatu hubungan orang tua-anak yang penuh ansietas tinggi
(Sillivan,1953; di dalam Townsend,
1998). Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari orang
tua dan tidak mampu membentuk rasa percaya kepada orang lain . Bila tingkat
ansietas yang tinggi di pertahankan maka konsep diri anak akan mengalami
ambivalen. Suatu kemunduran psikosis memberikan tanda-tanda ansietas dan rasa
tidak aman dalam suatu hubungan yang intim/akrab.
4. Teori
psikodinamik
Hartman (1964), di dalam Townsend,(1998) menegaskan bahwa psikosis
adalah hasil dari suatu ego ysng lemah , perkembangan yang di hambat oleh suatu hubungan saling
mempengaruhi antara orang tua-anak. Karena ego menjadi lemah ,penggunaan
mekanisme pertahanan ego pada waktu ansietas yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptive dan
perilakunya sering kali merupakan
penampilan dari segmen ‘id’ dalam kepribadian.
b. Etiologi
waham menurut Rawlins dan Heacock ( 1993 ).
Rawlin mengemukakan bahwa etiologi waham
secara umum dapat dilihat dari lima dimensi yaitu fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk setiap dimensi
yang menjadi fokus masing-masing memiliki beberapa hal yang bersifat prinsip
,yaitu :
1. Dimensi
fisik
Waham bisa di sebabkan karena infeksi, gangguan metabolik, intoksikasi alkohol dan penyakit sistemik. Sedangkan waham curiga pada paranoid bisa di
sebabkan karena hilangnya pendengaran seseorang.
2. Dimensi
Emosional
Waham terjadi karena perasaan cemas yang berlebihan,
curiga yang terlalu ekstrem dan perasaan rendah diri. Bisa sebagai penyebab waham pada paranoid.
3. Dimensi
intelektual
Dalam dimensi ini, waham bisa di sebabkan
karena pertahanan fungsi ego yang lemah, mekanisme defensive yang digunakan
dalam menghadapi kecemasan seperti denial dan proyeksi, batas ego yang hilang
menyebabkan ketidakmampuan memisahkan realita dan fantasi, kemunduran tingkat
perkembangan (regresi). Waham
bisa juga merupakan cara klien untuk mengubah kegagalan yang dialami menjadi
bayangan yang menyenagkan. Pada waham yang menetap mungkin disebabkan karena
psikosis.
4. Dimensi
sosial
Waham merupakan salah satu cara negatif
untuk beradaptasi terhadap lingkungan,
dimana tidak terpenuhinya hubungan interpersonal, kontrol
diri, dan harga diri. Perasaan malu, bingung dan tanggapan negatif
lingkungan terhadap kegagalan ,yang di
atasi klien dengan penolakan juga dapat menyebabkan timbulnya waham yang
berlawanan dengan keadaan yang sebenarnya.
5. Dimensi
spiritual
Adanya rasa tidak puas dalam hidup, perasaan tidak berharga, kebaikan orang lain
yang disalahartikan yang menyebabkan klien menjadi menarik diri dan tidak ada
kepuasan dalam berhubungan sosial.
4. Tanda dan gejala
Menurut
Kaplan dan shadok (1997)
a. Status
mental
ü Klien
berpakaian dan berdandan dengan baik
ü Klien
terlihat eksentrik
ü Tampak
aneh
ü Pencuriga
dan bermusuhan
ü Mood
klien konsisten dengan waham
b. Sensorium
dan kognisi
ü Klie
tidak punya daya tilik diri
ü Bisa
dipecaya kejujurannya
5. Prinsip-prinsip therapy
a. Perawatan
di rumah sakit
Pada dasarnya klien dengan waham dapat
diobati dengan rawat jalan, tetapi
harus diperhitungkan perawatan di rumah
sakit dengan alasan-alasan tertentu
b. Farmakoterapi
Keadan klien dengan waham yang teragitasi
parah perlu diberikan obat anti psikotik secara intramuskuler, klien dengan waham sering berperilaku yang
hiperaktif, obat anti psikotik peroral
diberikan untuk menurunkan aktifitas klien yang kadang membahayakan orang lain.
c. Psikoterapi
Perawat arus membina hubungan saling percaya dengan klien, perhatian secara
individu lebih efektif daripada kelompok
d. Teori
psiko dinamika
Proyeksi merupakan mekanisme pertahanan utama pada klien dengan waham, karenanya klinisi harus menghormati kebutuhan
akan pertahanan proyeksi.
e. Terapi
keluarga
Pada saat keluarga hadir, mereka dapat
dilibatkan dalam rencana pengobatan, keluarga dapat diajak bicara agar kondisi
klien terjaga dan berkesinambungan.
6. Prinsip-prinsip perawatan
a. Mengadakan
hubungan interpersonal
b. Dalam
mengadakan hubungan interpersonal diusahakan untuk memakai kata-kata yang mudah
dimengertioleh klien yang sering mengalami gangguan.
c. Perawatan
fisik
d. Pasien
seringkali tidak merawat dirinya,untuk sementara perawat harus mengambil alih
tanggung jawab pemeliharaan klien.
e. Memberi
rasa aman
f. Dengarkanlah
segala keluhan atau pendapat pasien tanpa menyangggah atau membri komentar,
usahakan suatu lingkungan yang dapat memberi rasa aman dan dapar diterima.
g. Melaksanakan
program dokter
h. Klien
dengan waham seringkali tidak mau munum obat ,agitasi diobati dengan benzodiazepine,seperti
lorazepam1-2mg peroral atau intramuskuler,psikotik dengan haloperidol peroral
atau IM. Perawat harus bisa mengadakan pendekatan, menjelaskan pentingnya minum
obat untuk kesembuhan penyakitnya.
B.
Gambaran
Umum Askep Dengan Gangguan Isi Pikir: waham pada skizoprenia.
1.
Pengkajian
Pengkajian
klien dengan
gangguan isis pikir : waham pada skizoprenia
a.
Dimensi
fisik
1. Aktifitas kehidupan sehari-hari.
2. Nutrisi
Nutrisi
tidak adekuat pada waham kejar
3. Tidur
Adanya
gangguan tidur
4. Rekresi,minat
Penuruan
minat karena asyik memikirkan wahamnya
5. Aktivitas
seksual
Mengalami
disfungsi/ kadang berlebihan
6. Kebersihan
diri,penuruan minat kebersiahn diri
7. Obat-obatan
dan medis
Menolak
obat dan medikasi tetapi kadang klien mau melaksanakan program pengobatan
sesuai petunjuk karena ada bahaya jika tidak dituruti
8. Perilku
merusak
Kurang
control diri
9. Percobaan
bunuh diri
Usaha
membunuh orang lain
10. Riwayat
kesehatan
Penyakit
skizoprenia, organic/sistemik,intoksikasi obat, kerusakan otak dan kehilangan
pendengaran.
11. Pemeriksaan
fisik
Pada
waham yang brhubungn dengan somatic, klien akan mengel adanya sesuatu dalam
tubuhnya sesuai wahamnya
Test
diagnostic Meliputi :
o
EEG
o
Kimia darah
o
Interpretasi hasil pemeriksaan kognitif yang mengalami
kerusakan.
b.
Dimensi
intelektual
Adanya
waham yang menetap yang tidak dapat dirubah dengan alasan yang logis,prubahan
persepsi karena adanya waham curiga,sexual,religius,dan somatic, rusak dan
lemahnya dalam mengambil keputusan.
c.
Dimensi
emosional
Afek
tidak seuai, datar, adanya perasaan takut terhadap sesuatu yang diwujudkan
dalam perilaku menolak dan isolasi diri.
d.
Dimensi
spiritual
Adanya
kepercayaan yang berlebihan,ketidakmampuan menikmati/mensyukuri hidup, merasa
dirinya adalah tuhan, nabi.
e.
Dimensi
social
Harga
diri rendaj, persepsi yang tidak relaistis pada diri sendiri, kecurigaan dan
ketidak percayaan tehadap prang lain, sosIl ekonomi rendah.
2.
Diagnosa
Keperawatan
a. Resiko
tinggi terhadap kekerasan : diarahkan pada diri sendiri atau orang lain berhubungan
dengan :
1) Kurang
rasa percaya : kecurigaan terhadap orang lain
2) Panik
3) Rangsangan
katatonik
4) Reaksi
kemarahan/amok
5) Instruksi
dari halusinaasi
6) Pikiran
delusional
7) Berjalan
bolak balik
8) Rahang
kaku; mengepalkan tangan, postur tubuh yang kaku
9) Tindakan
agresif : tujuan merusak secara langsung benda-benda yang berada dalam
lingkungan sekitarnya
10) Perilaku
merusak diri atau aktif; tindakan bunuh diri yang agresif
11) Perkataaan
yang mengaaancam yang bermusuhan; tindakan menyombongkan diri untuk menyiksa
orang lain secara psikologis
12) Peningkatan
aktifitas motorik,langkah kaki,rangsangan,mudah tersinggung, kegelisahan.
13) Mempersepsikan
lingkungan sebagai suatu ancaman.
14) Menerima
“suruhan” melalui pendengaran atau penglihatan sebagai ancamaN.
Perencanaan :
Sasaran
/ Tujuan :
Tujuan
jangka panjang:
Pasien
tidak akan membahayakan dirinya dan orang lain selama di Rumah Sakit.
Tujuan
jangka pendek :
Dalam
2 minggu pasien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan ansietas dan kegelisahan
dan melaporkan kepada perawat agaar diberikan intervensi sesuai kebutuhan.
Intervensi
dan rasional :
1)
Pertahankan agar lingkungan pasien pada
tingkat stimulus yang rendah (penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi yang
sederhana,tingkat kebisingan rendah ).
Rasional :
Tingkat
ansietas akan meningkat dalam lingkungan yang penuh stimulus.Individu-individu
yang ada mungkin dirasakan sebagai suatu ancaman karena mencurigakan, sehingga
akhirnya membuat pasien agitasi.
2)
Obserfasi secara ketat perilaku pasien
(setiap 15 menit).Kerjakaan hal ini Sebagai suatu kegiatan yang rutin untuk
pasien untuk menghindari timbulnya kecurigaan dalam diri pasien.
Rasional :
Obserfasi
ketat merupakan hal yang penting, karena dengan demikian intervensi yang tepat
dapat diberikan segera dan untuik selalu memastikan bahwa pasien berada dalam
keadaan aman.
3)
Singkirkan semua benda-benda yang dapat
membahayakan dari lingkungan sekitar pasien,
Rasional:
Jika
pasien berada dalam keadaan gelisah, bingung, pasien tidak akan menggunakan
benda-benda tersebut untuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
4)
Coba salurkan perilaku merusak diri ke
kegiatn fisik untuk menurunkan ansietas pasien (mis,memukuli karung pasir).
Rasional :
Latihan
fisik adalah suatu cara yang aman dan efektf untuk menghilaangkan ketegangan
yang terpendam.
5)
Staf harus mempertahankan daan menampilkan
perilaku yang tenang terhadap pasien.
Rasional :
Ansietas
menular dan dapat ditransfer dari perawat kepada pasien.
6)
Miliki cukup staf yang kuat secara fisik yang
dapat membantu mengamankan pasien jika dibutuhkan.
Rasional :
Hal
ini dibutuhkan untuk mengontrol situasi dan juga memberikan keamanan fisik
kepada staf.
7)
Berikan obat-obatan stranquliser sesuai
program terapi pengobatan. Paantau keefektifan obat-obatan dan efek sampingnya.
Rasional :
Cara
mencapai “ batasaan alternatif yang paling sedikit “ harus diseleksi ketika
merencanakan intervensi untuk psikiatri.
8)
Jika pasien tidak menjadi tenang dengan cara
“ mengatakan sesuatu yang lebih penting daripada yang dikatakan oleh pasien
(menghentikan pembicaraan ) “ atau
dengan obat-obatan, gunakan alat-alat pembatasan gerak ( fiksasi ). Pastikan
bahwa anda memiliki cukup banyak staf untuk membantu. Ikuti protokol yang telah
ditetapkan oleh institusi.Jika pasien mempunyai riwayat menolak obat-obatan,
berikan obat setelah fiksasi dilakukan.
9)
Observasi pasien yang dalam keadaan fiksasi
setiap 15 menit (sesuai kebijakan institusi). Pastikan bahwa sirkulasi pasien
tidak terganggu (periksa suhu, warna dan denyut nadi pada ekstremitaas pasien).
Bantu pasien untuk memenuhi , kebutuhannya untuk nutrisi, hidrasi dan
eliminasi. Berikan posisi yang memberikan rasa nyaman untuk pasien dan daapat
mencegah mencegah aspirasi.
Rasional :
Keamanan
klien merupakn prioritas keperawatan.
10)
Begitu kegelisahan menurun, kaji kesiapan
pasien untuk dilepaskan dari fiksasi. Lepaskan satu persatu fiksasi pasien atau
dikurangi secara bertahap, jangan sekaligus, sambil terus mengkaji respons
pasien.
Rasional :
Meminimalkan
resiko kecelakaan bagi pasien dan perawat.
Kriteria
hasil :
1)
Ansietas dipertahankan pada tingkat dimana
pasien tidak menjadi agresif
2)
Pasien memperlihatkan rasa percaya kepada
oraang lain disekitarnya
3)
Pasien mempertahankan orientasi realitanya.
b.
Isolasi sosial berhubungan dengan :
1)
Kurangnya rasa percaya diri kepada orang lain
2) Panik
3) Regresi
ketahap perkembangan sebelumnya
4) Waham
5) Sukar
berinteraksi dengan orang lain pada masa lampau
6) Perkembangan
ego yang lemah
7) Represi
rasa takut.
Batasan
karakteristik :
1) Menyendiri
dalam ruangan
2) Tidak
berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata (mutisme, autisme ).
3) Sedih,
afek datar
4) Adanya
perhatian daan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya
5) Berfikir
tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri, tindakan yang berulang-ulang dan
bermakna
6) Mendekati
perawat untuk berinteraksi namun kemudian menmolak untuk berespons terhadap
penerimaan perawat terhadap dirinya.
7) Mengekspresikan
perasaan penolakan atau kesepian kepada orang lain.
Perencanaan
:
Sasaran
/ Tujuan
Jangka
Panjang :
Pasien
dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama paaaasien lain dan perawat
daaalam aktivitas kelompok di unit rawat inap.
Jangka
pendek :
Pasien
siap masuk dalam terapi aktifitas ditemani oleh seorang perawat yang
dipercayanya dalamn satu minggu.
Intervensi
dan rasional :
1)
Perlihatkan sikap menerima dengan cara
melakukan kontak yang sering tapi singkat.
Rasional :
Sikap
menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri pasien dan memfasilitasi
rasa percaya kepaada oraang lain.
2) Perlihatkan
penguatan positif kepada pasien
Rasional :
Membuat
pasien merasa menjadi seseorang yang akan berguna.
3) Temani
pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin
merupakan hal yang menakutkan atau sukar untuk pasien
Rasional :
Kehadiran
seseorang yang dipercayai akan memberikan rasa aman kepada klien.
4) Jujur
dan menepati semua janji
Rasional
Kejujuran
dan rasa membutuhkan menimbulkan suatu hubungan saling percaya.
5) Orientasikan
pasien pada waktu, orang, tempat, sesuai kebutuhan.
6) Berhati-hatilah
dengan sentuhan. Biarkan pasien mendapat ruangan extra dan kesempatan untuk
keluar ruangan jika pasien menjadi begitu ansietas.
Rasional :
Pasien
yang curiga dapat saja menerima sentuhan sebagai suatu bahasa tubuh yang
mengisyaratkan ancaman.
7) Berikan
obat-obat penenang sesuai program pengobatan pasien. Pantau keefektifan dan
efek samping obat.
Rasional :
Obat-obatan
anti psikosis menolong untuk menurunkan gejala-gejala psikosis pada seseorang,
dengan demikian memudahkan interaaksi dengan orang lain.
8) Diskusikan
dengan pasien tanda-tanda peningkatan ansietas dan tehnik untuk memutus respon
( misalnya latihan relaksasi, “berhenti berfikir “ ).
Rasional :
Perilajku
maladaptif seperti menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama terjadi
peningkatan ansietas.
9) Berikan
pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat berinteraksi dengan orang
lain.
Rasional :
Penguatan
akan meningkatkan harga diri pasien dan mendoirong terjadinya pengulangan
perilaku tersebut.
Kriteria
hasil :
1)
Pasien dapat mendemonstrasikan keinginan dan
hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain
2)
Pasien dapat mengikuti aktivitas kelompok
tanpa disuruh
3)
Pasien melakukan pendekatan interaaaaksi
satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai / dapat diterima.
c.
Koping Individu tak efektif berhubungan
dengan :
1)
Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang
lain
2)
Panik
3)
Kesensitifan ( kerentanan ) seseorang
4)
Rendah diri
5)
Contoh peraan negatif
6)
Menekan rasa takut
7)
Sistem pendukung tidak adekuat
8)
Ego kurang berkembang
9)
Kemungkinan faktor heriditer
10)
disfungsi sistem keluarga.
Batasan
Karakteristik :
1)
kelainan daalam partisipasi sosial
2)
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar
3)
penggunaan mekanisme pertahanan diri tidak
sesuai
Perencanaan
Tujuan
Jangka
panjang
Pasien
dapat mendemonstrasikan lebih banyak penggunaan ketrampilan koping adaptif,
yang dibuktikan oleh adanya kesesuaian antara interaksi dan keinginan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat.
Jangka
Pendek :
Pasien
akan mengembangkan rasa percaya kepada satu orang perawat dalam satu minggu.
Intervensi
dan rasional :
1) Dorong
perawat yang sama untuk bekerjasama dengan pasien sebanyak mungkin
Rasional :
Mempermudah
perkembangan hubungan saling percaya.
2) Hindari
kontak fisik
Rasional
Pasien yang curiga mungkin mengartikan sentuhaan sebagai bahasa tubuh yang mengisyaratkan ancaman.
Pasien yang curiga mungkin mengartikan sentuhaan sebagai bahasa tubuh yang mengisyaratkan ancaman.
3) Hindari
tertawa, berbisik-bisik, atau bicara pelan-pelan didekat pasien sehingga pasien
daapat melihat hal tersebut namun tak dapat mendengar apa yang dibicarakan.
Rasional
Pasien curiga seringkali yakin bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya, dan sikap yang serba rahasia akan mendukung munculnya rasa curiga.
Pasien curiga seringkali yakin bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya, dan sikap yang serba rahasia akan mendukung munculnya rasa curiga.
4) Jujur
dan selalu tepati janji.
Rasional
Kejujuran rasa membutuhkan orang lain akan mendukung munculnya suatu hubungan saling percaya.
Kejujuran rasa membutuhkan orang lain akan mendukung munculnya suatu hubungan saling percaya.
5) Kemungkinan
besar dibutuhkan pendekataaan yang kreatif untuk mendukung masukan makanan (
misalnya makanan kaleng, makanan milik pribadi atau makanan khas keluarga yang
akan memberikan kesempatan lebih besar untuk hal ini ).
Rasional
Pasien curiga sering yakin bahwa mereka akan diuracuni sehingga pasien menolak untuk makan makanan yang disiapkan oleh seseorang dalam piringnya.
Pasien curiga sering yakin bahwa mereka akan diuracuni sehingga pasien menolak untuk makan makanan yang disiapkan oleh seseorang dalam piringnya.
6) Periksa
mulut pasien setelah minum obat
Rasional
Meyakinkan
bahwa pasien telah menelan obatnya dan tidak mencoba obat tersebut.
7) Jangan
berikan kegiatan yang bersifat kompetitif. Kegiatan yang mendukung adanya
hubungan interpersonal ( satu-satu ) dengan perawat atau terapis adalah
kegiatan yang terbaik.
Rasional
Kegiatan kompetitif merupakan kegiatan yang sangat mengancam paasien-pasien curiga.
Kegiatan kompetitif merupakan kegiatan yang sangat mengancam paasien-pasien curiga.
8)
Motivasi pasien untuk mengatakan perasaan
yang sebenarnya. Perawat harus menghindari sikap penolakan tehadap perasaan
maraah yang ditujukan pasien langsung kepada diri perawat.
Rasional
Mengungkapkan
perasaan secara verbal dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam mungkin akan
menolong pasien untuk sampai kepada saat tertentu dimana pasien dapat
mencurahkan perasaan yang telah lama terpendam.
9)
Sikap asertif, sesuai kenyataan, pendekatan
yang bersahabat akan menjadi hal yang tidak mengancam pasien yang curiga.
Rasional
Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk berhubungaan dengan sikap yang bersahabat atau yang ceria sekali.
Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk berhubungaan dengan sikap yang bersahabat atau yang ceria sekali.
Kriteria
Hasil :
1)
Pasien dapaat menilai situasi secara
realistik daan tidak melakukan tindakan projeksi perasaannya dalam lingkungan
tersebut.
2)
Pasien dapat mengakui dan mengklarifikasi
kemungkinan salah interpretasi terhadap perilaku dan perkataan orang lain
3)
Pasien makan makanan dari piring Rumah Sakit
dan minum obat tanpa memperlihatkan rasa tidak percaya
4)
Pasien dapat berinteraksi secara tepat /
sesuai dengan kooperatif dengan perawat dan rekan-rekannya.
d.
Perubahan persepsi sensori : Pendengaran/ penglihatan berhubungan dengan :
1) Panik
2) Menarik
diriasa
3) Strss
berat, mengancam ego yang lemah.
Batasan
karakteristik :
1)
Berbicara dan tertawa sendiri
2)
Bersikap seperti mendengarkaan sesuatu (
memiringkan kepala kesatu sisi seperti jika seseorang sedang mendengarkan
sesuatu ).
3)
Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat
unutk mendengarkaan sesuatu
4)
Disorientasi
5)
Konsentrasi rendah
6)
Pikiran cepat berubah-ubah
7)
Kekacauan alur fikiran
8)
Respon yang tidak sesuai
Perencanaan
:
Tujuan
Jangka
Panjang :
Pasien
dapat mendefinisikan dan memeriksa realitas, mengurangi terjadinya halusinasi.
Jangka
Pendek :
Pasien
dapat mendiskusikan isi halusinasinya dengan perawat dalaam waaktu 1 minggu.
Intervensi
dan rasional :
1) Observasi
pasien dari tanda-tanda halusinasi ( sikap seperti mendengarkan sesuatu, bicara
atau tertawa sendiri, terdiam ditengah-tengah pembicaraan ).
Rasional :
Intervensi
awal akan mencegaah respons agresif yang diperintah dari halusinasinyaa.
2) Hindari
menyentuh pasien sebelum mengisyaratkan kepadanya bahwa kita juga tidak apa-apa
diperlakukan seperti itu
Rasional :
Pasien
dapat saja mengartikan sentuhan sebagaai suatu ancaman dan berespons dengan
cara yang agresif.
3) Sikap
menerima akan mendorong pasien untuk menceritakan isi halusinaasinya dengan
perawat.
Rasional
Penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera terhadap pasien atau orang lain karena adanya perintah dari halusinasi.
Penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera terhadap pasien atau orang lain karena adanya perintah dari halusinasi.
4) Jangan
dukung halusinasi. Gunakan kata-kata “suara tersebut” daripada kata-kata
“mereka” yang secara tidak langsung akan memvalidasi hal tersebut. Biarkan
pasien tahu bahwa perawat tidak sedang membagikaan persepsi. Kaaaatakan
“meskipun saya menyadari bahwa suara-suara tersebut nyata untuk anda, saya
sendiri tidak mendengarkan suara-suara yang berbicara apapun.”
Rasional
Perawat
harus jujur kepada pasien sehingga pasien menyadari bahwa halusinasi tersebut
adalah tidak nyata.
5) Coba
untuk menghubungkan waktu terjadinya halusinaasi dengan waktu meningkatnmya
ansietas. Bantu pasien untuk mengerti hubungaan ini.
Rasional :
Jika
pasien dapat belajar untuk menghentikan peningkatan ansietas, halusinasi dapat
dicegah.
6) Coba
untuk mengalihkan pasien dari halusinasinya.
Rasional
Keterlibatan
pasien dalam kegiatan-kegiataan interpersonal dan jelaskan tentang situasi
kegiatan tersebut, hal ini akan menolong pasien untuk kembali kepada realita.
Kriteria
hasil evaluasi
1)
Pasien dapat mengakui bahwa halusinasi
terjadi pada saat ansietas meningkat secara ekstrem.
2)
Pasien dapat mengatakan tanda-tanda
peningkatan ansietas dan menggunakan tehnik-tehnik tertentu untuk memutus
ansietas tersbut
e.
Perubahan proses pikir,berhubungan:
1) Ketidakmampuan
mempercayai orang lain.
2) Panik
3) Menekan
rasa takut
4) Stres
yang cukup berat
5) Kemungkinan
faktor herediter
Batasan
Karakteristik :
1) Waham
(ide-ide yang salah)
2) Ketidakmampuan
untuk berkonsentrasi
3) Kewaspadaan
yang berlebihan
4) Kelainan
rentang perhatian-distrakbilitas
5) Ketidaktepatan
interpretasi lingkungan
6) Kelainan
kemampuan mengambil / membuat keputusan, menyelesaikan masalah , alasan ,
pemikiran abstrak atau konseputulisasi , berhitung
7) Perilaku sosial yang tidak sesuai (
merefleksikan ketidaktepatan pemikiran ).
Perencanaan
Jangka
panjang
Tergantung
pada proses kekronisan penyakit , pilih tujuan jangka panjang yang paling
realitis untuk pasien :
(1) Pasien
dapat menyatakan berkurangnya pikiran-pikiran waham
(2) Pasien
mampu membedakan antara pikiran waham dengan realita skizofrenik , delusi , dan
kelainan-kelainan psikosis
Jangka
pendek
Pasien
dapat mengakui dan mengatakan bahwa idi-ide yang salah itu terjadi khususnya
pada saat ansietas meningkat dalam 2 minggu.
Intervensi
dan rasional :
1) salah
tersebut, sementara itu biarkan pasien tahu bahwa anda tidak Tunjukkan bahwa
anda menerima keyakinan pasien yang mendukung keyakinan\tersebut.
Rasional :
Penting
untuk dikomunikasikan kepada pasien bahwa anda tidak menerima delusi sebagai
suatu realita.
2)
Jangan menambah atau menyangkal keyaakinan
pasien. Gunakan tehnik keraguan yang beralasan sebagai tehnik terapiutik :”
saya merasa sukar untuk mempercayai hal tersebut”.
Rasional :
Membantah
pasien atau menyangkal keyakinannya tidak akan bermanfaat apa-apa; Ide-ide
waham tidak dapat dikurangi dengan pendekaatan ini, daan mungkin akan menghlangi
perkembangan hubungan saling percaya.
3) Bantu
paasien untuk mencoba menghubungkan keyakinan-keyakinan yang salah tersebut
dengan peningkataan ansietas yang dirasakan oleh pasien. Diskusikan
tehnik-tehnik yang dapat digunakan untuk mengontrol ansietas (misalnya latihan
nafas dalam, latihan-latihan relaksasi yang lain, tehnik berhenti berfikir).
Rasional :
Jika
pasien dapat belajar untuk menghentikan ansietas yangt meningkat, pikiran
wahamnya mungkin dapat dicegah.
4) Fokus
dan kuatkan pada realita. Kurangi lamanya ingatan tentang pikiran irasional.
Bicara tentang kejadian-kejadian dan orang yang nyata
Rasional
Diskusi
yang berfokus pada ide-ide yang salah tidak akan berguna dan mencapai tujuan,
dan mungkin membuat psikosisnya menjadi lebih buruk.
5) Bantu
dan dukung pasien dalam usahanya untuk mengungkaaapkan secara verbal perasaan
ansietas, takut atau tidak aman
Rasional
Ungkapan
perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam akan menolong
pasien untuk mengungkapkan perasaannya yang mungkin sudah dipendam cukup lama.
Kriteria
hasil evaluasi :
1)
Mengungkapkan secara verbal refleksi dan
proses pikir yang berorientasi pada realita
2)
Pasien dapat mempertahankaan aktivitas
sehari-hari yang mampu dilakukan olehnya
3)
Pasien mampu menahan diri dari berespons
terhadaap pikiran-pikiraan delusi, bila pikiran-pikiran tersebut muncul.
f.
Kerusakan Komunikasi Verbal, berhubungan
dengan :
1) Ketidakmampuan
untuk percayaa kepada orang lain
2) Panik
3) Regresi
ketahap perkembangan sebelumnya
4) Menarik
diri
5) Kelainan,
pikiran yang tidak realistik
Batasan
karakteristik :
1) Tidak
adanya asosiasi antara ide yang saatu dengaan yang lainnya
2) Menggunakan
kata-kata yang berarti simbolik untuk individu tersebut (neologisme)
3) Menggunakan
kata-kata yang tidak mempunyai arti, tidak berhubungaan (baahasa “gado-gado”)
4) Menggunakan
kata-kata bersajak dengan bentuk kata yang tidak umum (asosiasi gema)
5) Pengulangan
kata yang didengar (ekolalia)
6) Mengungkapkan
refleksi pikiran kongkrit (ketidakmampuan untuk berfikir abstrak ).
7) Kontak
mata kurang (tidak ada kontak mata atau tidak mau menatap langsung kedalam mata
lawan bicara).
Perencanaan
Tujuan
Jangka
Panjang :
Pasien
dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan komunikasi verbal dengan perawat
dan sesama pasien dalam suatu lingkungan sosial dengan cara yang sesuai/dapat
diterima.
Jangka
Pendek :
Pasien
dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada satu topik, menggunakaan
ketepatan kata, melakukan kontak mata intermittent selama 5 menit dengan
perawat dalam waktu 1 minggu.
Intervensi
dan rasional :
1)
Gunakan tehnik validaasi dan klarifikasi
untuk mengerti pola komunikasi pasien.
Rasional
Tehnik
ini menyatakan kepada pasoien bagaimana ia dimengerti oleh orang lain,
sedangkan tanggungjawab untuk mengerti ada pada perawat.
2)
Pertahankan konsistensi perawat yang
bertugas.
Rasional
Mempermudah
rasa percaya dan kemampuan untuk mengerti tindakan dan komunikasi klien.
3) Jelaskan
kepada pasien dengan cara yang tidaaak mengancaaaam bagaimana perilaku dan
pembicaraannya diterima dan mungkin juga dihindari oleh orang lain.
4) Jika
pasien tidak mampu atau tidak ingin bnicara (autisme), gunakan tehnik
mengatakan secara tidak langsung
Rasional
Menolong
untuk menyampaikan rasa empaty, mengembangkan rasa percaaaya dan akhirnya
mendorong pasien untuk mendiskusikan hal-hal yang menyakitkan dirinya.
5) Antisipasi
dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi yang memuaskan kembali.
Rasional
Kenyamanan
dan keamanan pasien merupakan prioritas keperawatan
Kriteria
hasil evaluasi :
1)
Pasien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat
dimengerti oleh orang lain
2)
Pesan non verbal pasien sesuai dengan
verbalnya
3)
Pasien dapat mengakui bahwa disorganisasi
pikiran daaan kelainan komunikasiu verbal terjadi pada saat adanya peningkatan
ansietas, lakukan kontak kepada pasien untuk memutus proses.
g.
Kurang perawatan diri berhubungan dengan
:
1)
Menarik diri
2)
Regresi
3)
Panik
4)
Ketidakmampuan mempercayai orang lain.
Batasan
Karakteristik :
1) mengalami
kesukaraan daaalam mengambil atau ketidakmampuan untuk membawa makanan dari piring
kedaalam mulut
2) ketidakmampuan
/ menolak untuk membersihkan tubuh atau bagian-bagian tubuh
3) kelainan
kemampuan atau kurangnya minat dalam memilih pakaiaan yang sesuai untuk
dikenakan, berpakaian, merawat atau mempertahankan penampilan pada tahap yang emuaskan.
4) Ketidakmampuan
atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi dan berkemih tanpa
bantuan.
Perencanaan
Tujuan
:
Jangka
Panjang
Pasien
mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemonstrasikan
suatu keinginan untuk melakukannya.
Jangka
Pendek
Pasien
dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari dalam 1
minggu.
Intervensi
dan rasional :
1)
Dukung pasien untuk melakukan kegiatan hidup
sehari-hari sesuai tingkat kemampuan pasien.
Rasional :
Keberhasilan
menampilkan kemandirian dalam melakukan suatu aktivitas akan meningkatkanharga
diri.
2) Dukung
kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak mampu melakukan
beberapa kegiatan.
Rasional
Kenyamanan
dan keamanan pasien merupakan prioritas dalam keperawatan.
3) Berikan
pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya yang mandiri
Rasional
Penguatan
positif akan meningkatkan harga diri daan mendukung terjadinya
pengulanganperilaku yang diharaapkan.
4) Perlihatkan
pasien secara kongkrit, bagaimana melakukan kegiatan yangf menurut pasien sulit
untuk dilakukannya.
Rasional
Dengan
berlakunya pikiran kongkrit , penjelasan harus diberikan sesuai dengan tingkat
pengertian yang nyata.
5) Buat
catatan secara terinci tentang masukan makanan dan cairan
Rasional
Informasi
penting untuk mendapatkan suatu pengkajian nutrisi yang adekuat.
6) Berikan
makaanan kudapan dari cairan diantara waktu makan.
Rasional
Pasien
mungkin tidak mampu mentoleransi makanan dalam jumlah yang besar pada saat
makan dan mungkin untuk itu membutuhkan penambahan makanan diluar waktu makan.
7) Jika
pasien tidak makan karena curiga dan takut diracuni, berikan makanan kaleng dan
biarkan pasien sendiri yang membuka kalengnya, atau jika memungkinkan sarankan
untuk makanan tersebut dimakan secara bersama-sama.
Rasional
Pasien
akan melihat setiap orang makan dari hidangan yang sama sehingga kecurigaan
berkurang/hilang.
8) Jika
pasien mengotori dirinya, tetapkan jadwal rutin untuk kebutuhan defekasi dan
berkemih. Bantu pasien kekamar mandi setiap satu atau 2 jam sesuai jadwal yang
telah ditetapkan sesuai kebutuhan, sampai pasien mampu memenuhi kebutuhan tanpa
bantuan.
Kriteria
hasil evaluasi :
1)
pasien makan sendiri tanpa bantuan
2)
pasien memilih pakaian yang sesuai,
berpakaian merawat dirinya taaanpa bantuan
3)
pasien mempertahankan kebersihan diri secara
optimal dengan mandi setiap hari dan melakukan prosedur defekasi dan berkemih
tanpa bantuan.
3.
Pelaksanaan
Pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan
disesuikan dengan masalah yang timbul pada perencanaan yang telah ditetapka.
Hendaknya dalam pelaksanaan keperawatan ini keamanan dan memperlakukan pasien
sebagi mahluk biopsikososio-kultural-spiritual.oleh karena itu perlu dijalin
suatu hubungan yang terapeutik dengan pasien dan keluarga .
4.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasar pada tujuan dan
kriteria yang dibuat yang dimaksudkan untuk menilai perkembangan klien, secara
umum kriteria ditetapkan adalah:
a. Menjalin
program pengobatan secara teratur
b. Dapat
mengidentifikasi kecemasan
c. Mampu
menggunakan cara untuk mengurangi kecemasan
d. Mampu
mengontrol waham dengan bergumam
e. Mau
berinteraksi dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz
R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Johnson Marion, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Mosby
Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa.
Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999
Kaplan & Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Edisi 7 Jilid 2.
Binarupa Aksara. Jakarta
Stuart
& Sudeen. 1998.
Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3 EGC. Jakarta
Tim
Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
Bandung: RSJP.2000
Townsend
M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman untuk
pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998
Tidak ada komentar:
Posting Komentar