PROSES MENUA
A. Tinjauan
Teori
Proses
Menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang.
Lansia atau lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas
(Undang-Undang No. 13/th. 1998 BAB I pasal 1 ayat 2). Menua bukan suatu
penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Penurunan fungsi tubuh pada setiap
individu berbeda-beda dan tidak ada batas yang tegas pada usia berapa
penampilan seseorang mulai menurun (Nugroho, 2000).
1.
Teori-Teori Proses Penuaan
Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa proses
menua itu terjadi biasanya dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu teori
biologis (fisiologis) dan psikologis (Stanley, 2006).
a.
Teori Biologis
1)
Teori Genetika
Menurut teori ini menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogam oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi.
2)
Teori Wear and Tear
Teori wear and tear
(dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat
nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi organ tubuh.
Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang menyebabkan
kerusakan ketika akumulasi terjadi.
3)
Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam
sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, proses
metabolisme tubuh mengalami perubahan dan mengeluarkan zat tertentu yang tidak
dapat diterima oleh jaringan tubuh lainnya. Hal ini yang menyebabkan pertahanan
mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan.
4)
Teori Neuroendokrin
Para ahli mengemukakan bahwa penuaan terjadi oleh karena
adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu
dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf.
5)
Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan
misalnya karsinogen, cahaya matahari, trauma dan infeksi dapat membawa
perubahan dalam proses penuaan. Walaupun dampak dari lingkungan diketahui dapat
mempercepat penuaan, namun dampak tersebut merupakan dampak sekunder dan bukan
faktor utama dalam penuaan.
b.
Teori Psikologis
1)
Teori Kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan
psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada lansia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimilikinya.
2)
Teori Tugas Perkembangan
Hasil penelitian Erickson menguraikan bahwa tugas
perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang
pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses.
Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integrita.
3)
Teori Disengagement
Teori disengagement
(teori pemutusan hubungan) menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari
peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya.
4)
Teori Aktivitas
Teori ini berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang
sukses adalah dengan cara tetap aktif. Pentingnya tetap aktif secara sosial
sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia.
5)
Teori Kontinuitas
Teori ini juga dikenal dengan teori perkembangan. Teori
ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian
sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan
diri terhadap perubahan akibat penuaan.
2.
Penurunan Fungsi Fisiologis pada Lansia
Penurunan fungsi fisiologis pada lansia meliputi
perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya:
a.
Penurunan Fungsi Pernafasan
Penurunan fungsi pernafasan yang sering terjadi pada
lansia terjadi akibat adanya perubahan struktural dan fungsional multipel pada
paru. Penurunan fungsi tersebut meliputi:
1)
Elastisitas paru menurun, kekakuan dinding dada
meningkat, kekuatan otot dada menurun sehingga pernafasan cepat dan dangkal
(normal: 12-20 kali/menit).
2)
Terjadi penurunan gerak silia di dinding sistem respirasi
menyebabkan penurunan refleks batuk sehingga potensial terjadi penumpukan
sekret dan menyebabkan obstruksi.
3)
Penurunan aktivitas paru (mengembang & mengempisnya)
sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk ke paru mengalami penurunan.
4)
Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas
permukaan normal (50m²) menyebabkan terganggunya proses difusi.
5)
Penurunan oksigen (O2) arteri menjadi 75 mmHg menggangu
proses oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua ke
jaringan dan menyebabkan sesak nafas.
6)
CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2
dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
b.
Penurunan Fungsi Kardiovaskuler
Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah
mengalami perubahan baik struktural maupun fungsional. Penurunan fungsi
kardiovaskuler tersebut:
1)
Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2)
Kemampuan jantung memompa darah menurun yang menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
3)
Kehilangan elastisitas pembuluh darah menyebabkan nyeri
dada.
4)
Kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi menyebabkan odeme pada kaki, perubahan posisi dari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) bisa mengakibatkan pusing mendadak.
5)
Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer (normal ± 170/90 mmHg).
6)
Denyut jantung menurun (normal 60-90 kali/menit)
c.
Penurunan Fungsi Pencernaan
Penurunan fungsi pencernaan ini dimulai dari gigi sampai
anus. Penurunan tersebut adalah:
1)
Perubahan atrofik pada rahang, sehingga gigi lebih mudah
tanggal.
2)
Gusi tampak pucat adalah akibat dari menurunnya suplai
darah.
3)
Para lansia kadang mengalami gangguan sensasi rasa dan
penurunan kemampuan mengenali rasa yang tidak tajam karena danya iritasi yang
kronis dari selaput lendir.
4)
Esofagus melebar.
5)
Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
6)
Kesulitan dalam mencerna makanan adalah akibat dari
atrofi mukosa lambung dan penurunan motilitas lambung.
7)
Peristaltik lemah dan fungsi absorbsi melemah (normal
5-25 kali/menit) sehingga menyebabkan konstipasi.
d.
Penurunan Fungsi Urogenital
Pada usia lanjut akan mengalami penurunan fungsi ginjal
dan sexual antara lain:
1)
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah
ke ginjal menurun sampai sehingga penyaringan di glomerolus menurun.
2)
Fungsi tubulus berkurang mengakibatkan; berat jenis urin
menurun; proteinuria (biasanya +1); BUN meningkat sampai 21mg %; nilai ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat.
3)
Otot otot vesika urinaria (kandung kemih) menjadi lemah
yang menyebabkan frekuensi BAK meningkat.
4)
Vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia
sehingga meningkatnya retensi urin (>600mL per hari).
5)
Peningkatan tekanan darah (terutama tekanan sistolik)
walaupun tekanan diastolik juga sering meningkat karena pembuluh darah tepi
meningkat.
6)
Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas
65 tahun.
7)
Atropi vulva.
8)
Selaput vagina menjadi kering, elastisotas jaringan
menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi
sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
9)
Frekuensi
sexsual intercouse cenderung
menurun.
e.
Penurunan Fungsi Metabolik/Endokrin
Penurunan fungsi Metabolik/Endokrin yang mungkin dialami
lansia antara lain:
1)
Produksi hampir semua hormon menurun.
2)
Fungsi paratiroid dan sekresinya tak berubah.
3)
Pituitary: pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan
hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan
LH.
4)
Menurunnya aktivitas tiriod BMR (Basal Metabolic Rate) turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
5)
Menurunnya sekresi hormon aldesteron, progesteron,
estrogen, testosteron.
6)
Perubahan fisik yang dapat terjadi akibat dari penurunan
fungsi endokrin pada lansia antara lain keletihan, sering buang air kecil pada
malam hari, polifagia, polidipsia dan pusing.
f.
Penurunan Fungsi Persendian dan Tulang
Tulang dan persendian mengalami penuaan yang mempengaruhi
penurunan fungsi fisiologis. Penurunan fungsi ini antara lain:
1)
Tulang kehilangan density (cairan) dan rapuh sehingga lansia mempunyai resiko lebih
besar terjadi fraktur.
2)
Kyphosis
3)
Persendian membesar dan menjadi kaku yang menyebabkan
nyeri.
4)
Pinggang, lutut dan jari pergelangan tangan terbatas.
5)
Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek
(tinggi badan berkurang).
6)
Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
7)
Serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi
lamban, otot-otot kram dan tremor.
g.
Penurunan Fungsi Persarafan
Komponen pusat dan perifer dari sistem saraf
mengintegrasikan semua fungsi tubuh. Fungsi sisitem saraf adalah untuk
menerima, menyimpan, memproses dan mengirimkan informasi. Pada lansia teerjadi
penuaan pada sistem saraf, antara lain:
1)
Berat otak akan menurun sekitar 10-20% pada penuaan
antara umur 30-70 tahun.
2)
Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
3)
Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
4)
Mengecilnya syaraf panca indera.
5)
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya syaraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
6)
Kurang sensitif terhadap sentuhan
h.
Penurunan Fungsi Penglihatan
Penurunan yang terjadi pada fungsi penglihatan lansia,
antara lain:
1)
Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
2)
Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar.
3)
Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
4)
Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
5)
Hilangnya daya akomodasi.
6)
Menurunnya lapang pandang dan berkurangnya luas pandang.
7)
Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau
pada skala.
i.
Penurunan Fungsi Pendengaran
Penurunan yang terjadi pada fungsi pendengaran lansia,
antara lain:
1)
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata kata.
2)
Vertigo.
3)
Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
4)
Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin.
B. Patofisiologi
|
|||
A.
Pengkajian
1. Fisiologis/fisik
a.
Stratus gizi
IMT = Kg BB normal laki laki = 18 -25
(TB)2 wanita = 17 – 23
b.
Intake cairan dalam 24 jam
c.
Kondisi kulit
d.
Kondisi bibir, mukosa mulut, gigi
e.
Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya
f.
Evaluasi kemampuan penglihatan, pendengaran dan mobilitas
g.
Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan sistem
digestif, nafsu makan, makanan yang disukai dan tidak disukai, rasa dan aroma
h.
Kebiasaan waktu makan (2 –3 X sehari, snak dlll)
2. Psikososial/afektif
a.
Kebiasaan saat makan (makan sendiri, sambil nonton TV,dll)
b.
situasi lingkungan (kapasitas penyediaan makanan, pengolahan
dan penyimpanan makanan)
c.
sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola nutrisi dan
eleminasi
d.
Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi
3. Pemeriksaan
tambahan/laborat
Analisa darah :
Kreatinin : indekz massa otot
Serum protein khususnya untuk sintesa
antibodi dan limfosit, dalam kekebalan seluler, enzym, hormon, struktur sel
yang luas, struktur jaringan.
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan nutrisi
yang tidak adekuat akibat anoreksia.
2.
Resiko tinggi infeksi b.d penurunan asupan kalori dan protein.
3.
Kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skleletal,, nyeri,
intoleransi aktifitas.
- Nyeri b. d proses inflamasi, destruksi sendi.
- Resiko cedera (dislokasi sendi) b.d otot hilang kekuatannya, rasa nyeri sendi.
C. Rencana Asuhan
Keperawatan
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan nutris kurang adekuat akibat anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
secara adekuat
Kriteria :
§ Meningkatkan
masukan oral
§ Menunjukkan
peningkatan BB
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Buat tujuan BB ideal dan kebutuhan nutrisi harian yang adekuat
b.
Timbang setiap hari , pantau hasil pemeriksaan laborat
c. Jelaskan pentingnya nutrisi yang
adekuat
d. Ajarkan individu menggunakan
penyedap rasa (seperti bumbu)
e. Beri dorongan individu untuk makan
bersama orang lain
f. Pertahankan kebersihan mulut yang
baik (sikat gigi) sebelum dan sesudah mengunyah makanan
g. Anjurkan makan dengan porsi yang
kecil tapi sering
h. Instruksikan individu yang
mengalami penurunan nafsu makan untuk :
ü
Makan-makan kering saat bangun tidur
ü
Hindari makanan yang terlalu manis, berminyak
ü
Minum sedikit-sdikit melalui sedotan
ü
Makan kapan saja bila dapat toleransi
ü
Makan dalam porsi kecil rendah lemak dan makan sering
|
a.
Nutrisi yang adekuat menghindari adanya malnutrisi
b.
Deteksi dini perubahan BB dan masukan nutrisi
c.
Dengan pemahaman yang benar akan memotivasi klien untuk masukan nutrinya
d.
Aroma yang enak akan membangkitkan selera makan
e.
Dengan makan bersama sama secara psikologis meningkatakan selera makan
f.
Situasi mulut yang bersih meningkatkan kenyamanan
g.
Mengurangi perasaan tegang pada lambung
h.
Meningkatkan asupan makanan
|
- Resiko tinggi infeksi b/d penurunan asupan kalori dan protein
Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan terhindar
dari tanda-tanda infeksi
Kriteria : tanda-tanda peradangan
tidak ditemukan : panas, bengkak, nyeri,
merah,gangguan fungsi
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Kaji tanda-tanda radang umum secara teratur
b.
Ajarkan tentang perlunya menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
c.
Tingkatkan kemampuan asupan nutris TKTP
d.
Perhatikan penggunaan obat-obat jangka panjang yang dapat menyebabkan
imunosupresi
|
a.
Mendeteksi dini untuk mencegah terjadinya radang
b.
Mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dan kebersihan diri yang kurang sehat
c.
Meningkatkan kadar protein dalam tubuh sehingga meningkatkan kemampuan kekebalan dalam tubuh
d.
Menurunkan resiko terjadinya infeksi
|
- Kerusakan mobilitas fisik b.d deformitas skeletal, nyeri
Tujuan : klien dapat mobilisasi
dengan adekuat
Kriteria : Mendemontrasikan
tehnik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Evaluasi pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit
b.
Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif
c.
Ubah posisi dengan sering dengan personal cukup
d.
Berikan lingkungan yang nyaman misaal alat bantu
|
a.
Tingkat aktifitas tergantung dari perkembangan /resolusi dari proses
inflamasi
b.
Mempertahankan fungsi sendi, kekuatan otot
c.
Menghilangkan
tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi
d.
Menghindari cedera
|
- Nyeri ( akut/kronis) b.d proses inflamasi, destruksi sendi
Tujuan : Menunjukkan nyeri
berkurang/hilang
Kriteria : terlihat rileks , dapat
tidur dan berpartisipasi dala aktifitas
Intervensi
|
Rasional
|
a.
Kaji keluhan nyeri, catat lokasi nyeri dan intensitas.
Catat faktor yang mempercepat tanda tanda nyeri
b.
Biarkan klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu istirahat ataupun tidur
c.
Anjurkan klien mandi air hangat , sediakan waslap untuk
kompres sendi
d.
Berikan masase lembut
e.
Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti : aspirin,
ibuprofen, naproksin, piroksikam, fenoprofen
|
a. Membantu dalam
menentukan managemen nyeri
b. Pada penyakit berat
tirah baring sangat diperlukan untuk membatasi nyeri
c. Panas meningkatkan
relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan kekakuan sendi.
d. Meningkatkan
relaksasi/ mengurangi ketegangan otot
e.
Sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan.
|
- Resiko cedera b.d hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri
Tujuan : klien terhindar dari cedera
Kriteria : klien berada pada perilaku
yang aman dan lingkungan yang nyaman
Intervensi :
a.
Kaji tingkat kekuatan otot
b.
Kaji tingkat pergerakan pasif
c.
Beri alat bantu sesui kebutuhan
d.
Ciptakan lingkungan yang aman (lantai tidak licin)
e.
Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan yang tidak bisa
dilakukan secara mandiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar